Monday, July 11, 2005

Freedom

Di January 1941, President Roosevelt mengutarakan pidato tahunan di depan kongres Amerika. Isinya mengenai konsep "four freedom": Freedom of Speech, Freedom of Worship, Freedom from Want, and Freedom from Fear. Konsep ini kemudian digunakan sebagai promosi publik saat pengerahan perang dunia II, dibantu dengan ilustrasi dari Norman Rockwell di harian Saturday Evening Post, dua tahun kemudian.

Di ruang makan kami tergantung dua poster reproduksi karya Norman Rockwell ini: Freedom of Speech, dan Freedom from fear. Keduanya membuat saya menyimak lebih jauh. Kebebasan, terkadang jadi salah guna, bahkan bumerang, jika diterapkan berlebihan.

Saat orang di sini (US) bebas bicara dan berekspresi, terkadang jadi kurang mendengarkan. Mereka sangat pandai dalam berucap, mengemukakan pikirannya, sehingga ke-aku-annya menjadi sangat penting. Satu hal yang menurut saya jadi bumerang dalam Freedom of Speech ini contohnya adalah pengesahan hukum pernikahan sesama jenis (di beberapa negara bagian). Argumennya semata-mata adalah rasio, selain didukung kebebasan ekspresi kelompok gay. Selain itu adalah keinginan mereka untuk memilik keturunan yang sah dengan hak-hak yang sama seperti orang tua lainnya. Dan kerena hampir segala hal di sini berdasar rasio semata, tampaknya sudah sangat sulit mencari alasan lain untuk menolak hukum ini. Saya bukan orang yang sangat religius, apalagi rasis. Saya menghormati kebebasan orang lain, tetapi di lain pihak saya masih percaya ada hal-hal yang sudah diatur dari 'sananya' (haa... Indonesia banget!); salah satunya adalah pernikahan antara dua lawan jenis (+ anak yang memiliki ayah-pria dan ibu-wanita).

Dan freedom of Speech (and expression) saat dulu didengungkan dan jadi landasan berpikir orang-orang di US, buat saya konteksnya jadi berbeda ketika diterapkan di pop culture seperti sekarang. Maka saya sudah nggak heran lagi dengan orang di sini yang pandai bersilat lidah. Malah kalau kamu bertengkar dengan orang boleh bersumpah-serapah f**k, sh*t, a**h***, s*c* dan sejenisnya, asal tangan nggak ikutan bicara!

Dari poster Freedom from Fear, saya lihat bapak dan ibu yang menyelimuti dua anaknya. Kalau diperhatikan, koran yang dipegang si bapak punya headline ini: "Bombing k.... horror hit....". Kalau saya cari asal pidatonya Roosevelt, terjemahan bebas konsep satu ini kira-kira demikian: "...pengurangan kekuatan senjata di seluruh dunia sehingga nggak ada negara yang mampu melakukan agresi fisik terhadap negara tetangga, di manapun di dunia".

Makanya nggak heran sekarang US jadi polisi dunia, malah sibuk menyerang negara lain. Mungkin maksudnya menerapkan "Freedom from fear". Supaya anak-anaknya bisa tidur nyenyak. Tapi mudah-mudahan ia juga sadar, begitu menyerang negara lain, negaranya sendiri jadi nggak bisa tenang. Masih ingat penyerangan US ke Irak disebut Operation Iraqi Freedom? Dan freedom from fear ini sudah jadi bumerang, karena headline di koran lukisannya Norman Rockwell persis sama seperti headline koran yang dipegang bapak-bapak jaman sekarang....

(Ditulis mengingat kemerdekaan US tanggal 4 Juli lalu, disusul pengeboman di London, Inggris yang sekutunya US)

4 drops:

Anonymous said...

dan polisi dunia itu pun merasa punya hak membereskan keadaan dunia. phuff...
atas nama freedom?

Mia said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Mia said...

Waduh...yang baru 4th of July..:-)
Gimana 4th of July sale? hehehe..
Frankly, kinda miss the State...:-)

Pa kabar Dy?

10:37 PM

dy said...

Atta, yup... atas nama freedom ala US.

Durin, setuju bgt. Saya jg ga masalahin orientasi sex-nya. Tapi di sini tujuan disahkan pernikahan-nya mmg mrk bertujuan untuk punya keturunan dan hak2 thdp keturunannya.

Hai Mia,... sale-nya di sini kebanyakan furniture, hehehe ga nyambung ya.
Kangen US krn beads-nya Ok2 bgt ya Mia... :)