***Sebelum*** ***Sesudah***
Tuesday, February 14, 2006
Monday, February 06, 2006
Cinta yang Tercecer
Lebih sepuluh tahun yang lalu, seorang mantan pacar menyatakan cintanya pada saya. Waktu itu bulan November, tanggal 14. Waktu saya tanya, kenapa tanggal itu yang dia pilih (selain karena malam minggu, tentunya), dia jawab begini. "Supaya tiga bulan lagi, bisa dirayakan pas Valentine." Huuuu.... romantis ya...?! Sempat terpikir juga, lho kalau ditolak gimana, nggak jadi dong 3 bulanan-nya. Tapi cintanya saya terima. Buat yang lagi jatuh cinta, valentine memang spesial. Hingga kemudian tidak lagi jadi tradisi, karena banyak hari-hari lain yang lebih spesial. Hingga lupa hari itu ada dan memandang aneh orang yang merayakannya. Hingga kemudian cinta tak lagi jatuh penuh emosi, tapi mengalir tenang dan pasti.
Sampai di bulan februari ini, saat tiba-tiba suasana penuh merah hati. Saya jadi ingat 'masa muda' dulu. Saat kuliah dan gaji pertamanya mengajar dibelikan coklat cadbury raksasa buat saya (padahal saya tahu pasti ia punya kebutuhan lain yang lebih penting). Saat dihabiskannya seminggu penuh di kamar kos dan keluar dengan gambar potret saya berukuran setengah jendela. Saat kuncup mawar jadi berbagai arti yang tak terungkap. Lalu, belum lama ini seorang kawan bertanya,"...masih kayak dulu, Dy?"
Tentu saja tidak. Seperti lagu lama, menikah kan memang beda dari pacaran. Dan setelah punya anak, cinta jadi lebih berwarna. Tapi tanpa embel-embel coklat dan bunga, saya menemukan banyak cinta di sekeliling saya. Remah-remah cinta yang tercecer. Ada di mana-mana, seringkali tak terlihat.
Paling tidak, saya bisa sebutkan selusin remah yang membuat saya tahu masih dicintai:
1. Saat bangun pagi dan kopi sudah menanti
2. Saat dibuatkan gambar spesial yang hanya-dia-yang-tahu-artinya
3. Saat ditatap mata mungil dengan ucapan," I love you, mama...."
4. Saat ditelepon dengan pertanyaan,"Lagi ngapain...?"
5. Saat dipeluk tiba-tiba tanpa alasan jelas
6. Saat diminta nyanyi bersama
7. Saat ditunggu-tunggu pulang ke rumah kalau pergi
8. Saat dibangunkan dengan ciuman di pagi hari
9. Saat tumpukan piring kotor sudah tercuci bersih
10. Saat lagu dan film yang diinginkan tiba-tiba tersedia di rumah
11. Saat tak perlu menurunkan belanjaan dari mobil
12. Saat menyediakan makanan di meja terdengar ucapan," Thank you, mama..."
Ah ya, dan ratusan remah lainnya....
Sampai di bulan februari ini, saat tiba-tiba suasana penuh merah hati. Saya jadi ingat 'masa muda' dulu. Saat kuliah dan gaji pertamanya mengajar dibelikan coklat cadbury raksasa buat saya (padahal saya tahu pasti ia punya kebutuhan lain yang lebih penting). Saat dihabiskannya seminggu penuh di kamar kos dan keluar dengan gambar potret saya berukuran setengah jendela. Saat kuncup mawar jadi berbagai arti yang tak terungkap. Lalu, belum lama ini seorang kawan bertanya,"...masih kayak dulu, Dy?"
Tentu saja tidak. Seperti lagu lama, menikah kan memang beda dari pacaran. Dan setelah punya anak, cinta jadi lebih berwarna. Tapi tanpa embel-embel coklat dan bunga, saya menemukan banyak cinta di sekeliling saya. Remah-remah cinta yang tercecer. Ada di mana-mana, seringkali tak terlihat.
Paling tidak, saya bisa sebutkan selusin remah yang membuat saya tahu masih dicintai:
1. Saat bangun pagi dan kopi sudah menanti
2. Saat dibuatkan gambar spesial yang hanya-dia-yang-tahu-artinya
3. Saat ditatap mata mungil dengan ucapan," I love you, mama...."
4. Saat ditelepon dengan pertanyaan,"Lagi ngapain...?"
5. Saat dipeluk tiba-tiba tanpa alasan jelas
6. Saat diminta nyanyi bersama
7. Saat ditunggu-tunggu pulang ke rumah kalau pergi
8. Saat dibangunkan dengan ciuman di pagi hari
9. Saat tumpukan piring kotor sudah tercuci bersih
10. Saat lagu dan film yang diinginkan tiba-tiba tersedia di rumah
11. Saat tak perlu menurunkan belanjaan dari mobil
12. Saat menyediakan makanan di meja terdengar ucapan," Thank you, mama..."
Ah ya, dan ratusan remah lainnya....
splashed by dy at 2/06/2006 02:15:00 PM 10 drops
labels: sense
Subscribe to:
Posts (Atom)