Thursday, May 26, 2005

Still....

Maaf ya,
Seperti biasa, untuk urusan selamat
(terutama acara selamat setiap tahun)
seringkali aku terlambat.
Lagi-lagi, aku diingatkan orang lain
bahwa usiamu sudah bertambah satu annum.

Kamu, yang muncul tak disengaja
kamu, yang kusimpan di satu laci terbuka
Buat memerahkan otakku yang beku
dan memutihkan hatiku yang menyala
Kamu, yang apa adanya tanpa cela
Jadi curahan dan meluruskan jalan

Karena kamu juga aku bertemu pribadi lain
pribadi maya yang tak penting lagi fisiknya
tak penting lagi lokasinya, materinya
pribadi tanpa wajah yang banyak cerita
isi yang lebih penting dari bungkusnya
(ah ya, seringkali aku tersenyum bersama mereka,
terkadang menitikkan air mata)

Terkadang aku ingin mencaci di lembarmu
ingin menetesi serapah di sekujurmu
Tapi dengan tombol publish yang sakti itu
kamu tak lagi subyektif buatku
kamu sudah jadi obyektif, penjernih
kamu ada walau aku jarang berkunjung
kamu sedia saat aku ingin bertutur

Selamat satu tahun blogku.
(kamu membuat curahan jadi berarti,
tak sekedar gundukan rasio dan emosi)

Tuesday, May 24, 2005

Journey

Congratulations, my dear hubby. Despite everything you've been through, you've done it all. Yourself.

And it was yesterday that I waved my hand happily, norakly, to people outside. "Hey... it's mine... it's ours... it's mine...!" Yup. My hubby. My son. Our ride. Yayy....

Thursday, May 19, 2005

Incredibles

Gara-gara keseringan nonton Incredibles (yup, ketularan Damian), ada quotes menarik yang menari-nari di kepala saya:

Edna: "Luck prefers the prepared."
(do you believe luck chooses you because you've done nothing?)

Syndrome: "When everybody's super... then no one will be..."
(if i'm everything then i'm nothing)

Update Laci Satunya

Hmmm... ternyata makan waktu juga ngapdet blog yang satu ini: jingga gems.
Ini pun belum benar-benar selesai... hmmm.....

Tuesday, May 10, 2005

Putih

Diusung intip surya pagi, aku putih hari ini. Warna indah busur pelangi membaur, sembunyi. Seribu warna yang memang putih asalnya. Kala putih itu muncul, silaunya membutakan indera. Membungkus otak, merayapi raga.

Kala bajuku putih, enggankah kamu menodainya? Kala hatiku putih, tegakah kamu semburatkan darahnya? Dan saat helai itu congkak kilaunya, ia memohon dirapati barisan abjad. Dilitani doa, diurapi berkat. Huruf itu melayang sebelum ditulisi, otak itu mengawang sebelum dicermati. Seperti awan yang enggan menurunkan hujan, atau bunga yang urung mekar. Kata-kata yang hilang ucap, atau petuah basi dalam nasihat.

Tidakkah indah putih itu. Melambai memanggil dalam damai. Menguasai tanpa tendensi. Menyerah tanpa kalah. Menitahmu mencuci muka, tangan, dan kaki. Membisikimu putih rasio, melumat merah emosi. Mendamparkanmu dalam hening, menyegarkan dalam bening.

Diusung intip surya pagi, aku putih hari ini. Ingin menyamari tembok untuk tak dikenali. Merelakan diri untuk dicoreti.