Wednesday, October 26, 2005

Dingin

"Do you like living here...?"
"Well... bla bla bla..." (nggak penting), dan kusambung,"What about you? You like it here?"
"Hmmm... it's just too cold..."
Ia gadis dari Beijing, belajar di Texas dan mulai bekerja di kota ini. (Aku nggak pernah sadar ternyata banyak cakap yang didapat dalam 15 menit perjalanan). Dingin, dua hari belakangan. Ditambah basah dan angin 20mil/jam. Tidak biasa sebenarnya, di musim gugur seperti sekarang.

Dingin, yang membuatmu bangun pagi dengan ujung jempol kesemutan. Yang membuat malas beranjak ke kamar mandi dan bersentuhan dengan dudukan toilet. Dingin yang membuat kopi dituang mengepul dan mendingin lima menit kemudian. Dingin yang membuat nafas mengepul di udara luar, ujung hidung dan cuping telinga beku walau mulut berciuman. Dingin jadi alasan untuk datang kerja terlambat dan pulang lebih cepat, membeli minuman hangat untuk memanaskan telapak.

Angin yang menusuk walau kamu memakai baju tiga lapis dan sepatu boot selutut. Dingin yang membuatmu lapar dan mengantuk bersamaan, di saat yang tidak tepat. Membuatmu misuh-misuh saat bus datang terlambat padahal ingin cepat pulang. Membuatmu lelap lebih cepat padahal malam belum beranjak. Dingin... yang membuatmu mengira salah alamat saat keluar rumah, memasuki kulkas raksasa dengan butir embunnya....

Tetapi, somehow... dingin itu indah....

Dan aku pernah berkomentar," Coba manusia bisa hibernasi ya... musim dingin tidur aja terus, nggak pake lapar.... bangun-bangun udah spring tapi nggak perlu jam tidur malam. Kayaknya asik ya...." Dan suamiku balas berkomentar,"Wahh... nanti bangun-bangun 'pupu'nya banyak dong...." Huahahaha....

Tuesday, October 18, 2005

Sisters


Aku punya dua orang kakak dan seorang adik tercinta. Semuanya perempuan. Tapi kali ini aku ingin menceritakan mbakyu-mbakyuku saja. Keduanya menjalani hidup yang sama sekali berbeda. Sampai aku berpikir, sebenarnya hidup itu apa ya....

Mbakyu-ku yang pertama punya otak cemerlang, ber-IQ tinggi, suka matematika. Maka ia memilih jalur akuntansi, di perguruan tinggi negeri paling top. Ia tahu apa yang diinginkannya, dan menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai rencananya. Saat ini ia sudah bekerja di perusahaan asing dengan karir cemerlang di daerah pinggiran Jakarta, yang memakan waktu perjalanan satu jam lebih sekali perjalanan. Oh ya, ia sudah menikah, dan mencintai ibukota.

Mbakyu-ku yang kedua mencintai seni. Maka ia pilih jalur seni di perguruan tinggi negeri yang bukan nomor satu di Bali, tapi hidupnya hampir selalu dikelilingi seniman. Ia tahu apa yang diinginkannya, dan kesimpulannya ia lebih senang hidup tanpa diperintah atasan. Maka ia menjalani bisnis sendiri. Saat ini ia hidup bersama keluarganya di kaki gunung di daerah Yogyakarta, mencintai alam natural dengan tempo cenderung lambat.

Lalu aku jadi membandingkan dengan cerita orang kota yang melihat nelayan yang menurutnya hanya bermalas-malasan memancing ikan di pinggir laut. "Kenapa kamu hanya duduk-duduk memancing ikan? Bukankah masih banyak hal-hal lain yang perlu dikerjakan?" Lalu si nelayan menjawab,"Bapak sendiri, susah-susah bekerja sebenernya kalo pensiun juga ingin bermalas-malasan kan Pak? Itulah yang sedang saya lakukan sekarang...."

Memang sih, cerita tentang mbakyu-mbakyuku di atas lebih menampakkan permukaan saja, walaupun sebenarnya sangat menggambarkan beda kepribadian mereka. Tetapi aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya hidup mencari dan meraih ini-itu sebenarnya kan bertujuan sama: mencapai ketenangan hidup.... Ah, ternyata kadang-kadang aku masih bingung....

(Btw, I love you all sis....)

Monday, October 10, 2005

Beautiful Stranger

Terkadang, kita berpapasan dengan seseorang tak dikenal, tapi berkesan. Tak dikenal maksudnya: bertemu di satu titik tempat dan satu titik waktu, berhubungan sesaat di titik itu, kemudian berlalu. Berkesan karena: walaupun kita sering bersinggungan dengan banyak orang tak dikenal, hanya satu dua yang membekas dan diingat.

Seperti pertemuan saya dengan Tina.

Ia single mother, putrinya berumur 15, walaupun Tina sendiri tampak masih muda. Ia wanita african-american yang menurut saya luar biasa. Pindah dari California ke Washington DC, ia bekerja di tiga tempat. Bekerja di Hecht's jika dibutuhkan (on-call), I need more discounts for christmas. Tempat kerja satunya di kantor pemerintah yang mengurus perumahan (saya lupa namanya), that's how I know a good place to stay with a good price. Dan di sebuah condominium tempat ia menjadi receptionist, I work for really looong hours here, sometimes 8am to 10pm. Dan ia cuma punya hari libur setiap Senin, dua minggu sekali, when I have time to have a good long sleep....

Saya berjumpa dengannya di satu sore yang basah, menyapanya untuk menanyakan bus menuju station metro terdekat. Ia bertanya," memang tujuanmu sebenarnya ke mana?" "Union Station". "Well, that's quite far, but I'm going to have a break soon and I'm going to Connecticut Ave where I can drop you off." Tentu saja tak saya tolak tawarannya. Menunggu taksi akan memakan waktu lebih lama lagi pikir saya. Dan saat kami meluncur itulah ia banyak bercerita.

Menyambung pembicaraan tentang kesibukannya bekerja, saya jadi bertanya-tanya dalam hati. Memang hidup di Washington DC tidak mudah, apalagi ia single mother. Tapi tanpa saya tanya ia sudah menuturkan alasannya. Putri tercinta. "I'm very proud of her. She can speak two foreign language, Spanish and French." Waktu anaknya kecil dan diasuh hispanic baby-sitter, Tina melarang anaknya menonton TV (it's a stupid waste-of-time box and I hate that purple Barney) dan cuma boleh diajak bicara in spanish. Berbahasa Inggris hanya jika sang putri bercakap dengan ibunya. Tumbuhlah ia dengan dua bahasa, plus les tambahan bahasa lainnya. And she plays music, too. Putrinya-lah tempat ia menambat mimpi. Mimpi-mimpi yang tak sempat disinggahi dalam kesibukannya sendiri. Tak lupa saya ceritakan tentang diri saya, perjalanan ke DC, dan putra tercinta (Are you married? Yes. Tapi saya tak banyak cerita soal suami karena enggan menyinggung dirinya).

Ia menyelingi dengan menunjukkan barang belanjaanya untuk putri tercinta, plus untuk dirinya sendiri (I bought this Armani perfume just because I love the free handbag, can you believe that...?) Saya menyungging senyum," Hey, what woman who doesn't like shopping...?" Pembicaraan kami akhirnya terputus (...I'm gonna drive my father to NC with his new truck which I bought for him....), karena saya sudah sampai di metro station. "Thank you so much Tina, you really save my day...." Dengan keingintahuan yang sudah terjawab "I know you are a good person, so I'm glad I can be of any help."

Well, I know you're a good person too, Tina. Giving a ride to a complete stranger.... whom you know for only a half hour.