Monday, February 28, 2005

Ranting


Beautiful... cantik... cantik...
Hari ini surya enggan mengintip
Ia tahu ada tabir yang menguasai langit
Saat layar putih keperakan itu kembali menghempas
Aku sekian kali menahan nafas
Turun... abadi...

Lihatlah pohon beranting kering tak berdaun
Warnanya tak lagi coklat abu-abu
Ia dikuasai selaput debu putih tebal halus
hingga rantingnya membuat siluet perak di udara
dan warna coklat abu-abu itu menyerah, menjadi bayangnya
Ia, pohon tangguh yang tertempa musim dan masa
kali ini merendahkan diri pada lembut sapuan renda
... aku terpana ...

(...biarkan aku terus terpana, ya Maha
memandangi keajaiban setiap hari
seperti melihatnya pertama kali...)

Thursday, February 24, 2005

Gandhi dan Bahagia

Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. -Mahatma Gandhi-

"........"
"Aku lagi nggak bahagia."
"Kenapa?"
"Kayaknya yang aku lakuin serba salah dan nggak sesuai kemauan...."
"Belum tentu kamu nggak bahagia."
"Kok kamu yang sok tahu, kan aku yang ngerasain?!"
"Coba aja rumusannya Gandhi...."
"Apa katanya?"
"Bahagia adalah saat apa yang kamu pikir, kamu ucap dan kamu lakukan berjalan selaras."
"Jadi?"
"Kalau tidak bahagia berarti pikiran, ucapan dan kelakuan jalan sendiri-sendiri."
"Menurutmu aku nggak masuk kategori nggak bahagia?"
"Nggak. Soalnya kamu sekarang lagi mikir kamu nggak bahagia, terus kamu bilang kamu nggak bahagia... jadi pikiran sama ucapan udah sejalan."
"Jadi kalau terus gue nangis karena merasa nggak bahagia itu artinya malah gue bahagia?"
"Iya, soalnya yang kamu pikir, omongin dan lakuin, semuanya harmonis. Kalau kamu malah ketawa-tawa sok bahagia malah artinya kamu nggak bahagia."
"Ah... kok malah jadi terbalik...?"
"Coba contoh lain aja ya?"
"Iya lah, yang gampangan, biar aku bisa curhat lagi...."
"Perhatikan deh kalau anak kecil lagi bahagia, menurut kamu gimana?"
"Emh... mereka bilang kalau senang, matanya bersinar-sinar, terus jadi jejingkrakan...."
"Nah... itulah puncak kebahagiaan mereka... dan karena masih kecil, mereka bebas mengekspresikannya...."
"Betul juga... berarti nggak susah ya merasa bahagia?"
"Paling nggak, kamu punya teman curhat saat sedih pun itu cukup membahagiakan."
"Lho kok jadi seperti orang Jawa...?"
"Maksudnya?"
"Biar kemalangan masih ada untungnya, hehehe... Kamu sendiri, kapan merasa paling bahagia?"
"Kalau sesuai guru Gandhi ya... waktu aku tidur...."
"Aku tahu... soalnya kamu nggak usah ngomong, nggak usah mikir, dan nggak usah ngerjain apa-apa...iya kan?"
"Betul, hehehe... tuh udah ngerti."
"Terus, yang nggak bahagia itu yang gimana ya?"
"Orang yang mikirnya sama ucapannya sama kelakuannya nggak harmonis...."
"Kedengarannya seperti hipokrit ya?"
"Betul, dan hipokrit itu...."
"Artinya nggak bisa atau menolak jadi diri sendiri."
"Betul lagi. Jadi kamu sudah menemukan puncak kebahagiaan kamu?"
"Saat aku bisa jadi diri sendiri...."
"......."
"Gimana... kok diam? Jadi diterusin nggak curhatnya?"
"Nggak deh, batal curhatnya, nggak penting... heheheh...."


Tuesday, February 22, 2005

Pada Sebatang Hujan

Pada sebatang hujan aku melihat tongkat peri. Tongkat bening tembus pandangan, ia tak halangi penglihatan. Kala tertimbun cahaya ia pantul buliran warna serupa pelangi. Aku tak kuasa melihat asalnya di udara, karena ibu peri melayangkan selendang kabutnya. Aku kehilangan remahnya, karena hujam batangnya menyesapi tanah. Saat telapakku menadah ia mencolekkan kesegaran di tubuh basah.

Pada sebatang hujan aku melihat tongkat peri. Kala ibu peri mendesah sabdanya, tongkat peri itu mengajakku bermain berlompatan dengannya. Kala ibu peri menggelegar marah, tongkat peri itu jadi peringatan sakit dan derita di batang beningnya. Dan karena ibu peri selalu baik hati, setiap kali tongkat peri diayunnya, tanah jadi harum dan bumi jadi bersih seperti habis dicuci...

Thursday, February 17, 2005

My Piece on BeadStyle Mag Community

I just feel ecstatic. Please click here: Forum Challenge to see my piece on Web Forum Challenge 3 of BeadStyle magazine online, and look for my name beside the picture along with edited description. All other pieces are gorgeous and I learned a lot from them.

I subscribed for Beadstyle magazine online December last year which has given me more ideas to create beaded jewelries. Then last January I joined the beaders forum which has about 60 000 members from around the world. Turned out I learn from others for more vision and better techniques. It just happened that on early February they have Web Forum Challenge for the third time and I decided to participate. It is not a formal competition whatsoever and members could send their piece as long as it has a theme of ‘monochromatic’ with certain guidelines.

I spent one night to create the necklace and took another day to take pictures. Just two days before due date I sent the pics files to the organizer who is a beader and also a writer of the magazine. She gave me compliment for my necklace which I really appreciated. And finally… yesterday they display all the results on Beadstyle magazine online! I’m so glad because I do need promotion on my jewelry… :)

You can also click here for better pictures: jingga gems.

Tuesday, February 15, 2005

African Violet


Seorang kawan yang baik memberikan bunga yang indah buat saya. African Violet, atau Saintpaulia, bunganya kecil berwarna ungu berdaun hijau tua. Menilik sejarahnya, tahun 1892 tanaman ini ditemukan oleh Baron Walter von Saint Paul di Pegunungan Usambara, Tanzania. Lalu ia mengirimkan benih tanaman ini untuk ayahnya di Germany, yang kemudian dibiakkan di Royal Botanical Gardens di Hanover. Nama Saintpaulia dipakai untuk menghormati penemunya: keluarga Saint Paul. Kenapa ada nama African-nya saya sendiri belum tahu.

Di Amerika tanaman ini diimpor dari Germany dan England di tahun 1926 oleh Armacost and Royston di California, yang kemudian membiakkan tanaman ini menjadi sepuluh jenis hybrid. Sejak saat itu African Violet berkembang menjadi tanaman rumah yang terkenal di dunia dan terpopuler di Amerika.

Waktu anak kawan saya ini meletakkan pot di ambang jendela, saya cuma terpana. Wah, tanamannya indah, tetapi saya merasa sama sekali tidak bertangan dingin buat merawat mahluk hidup yang tergolong hewan dan tumbuhan. Kalau nanti mati bagaimana? Lalu kawan saya yang american ini mulai menjelaskan,"...dipeliharanya gampang kok, tinggal disiram tiap hari tapi jangan terlalu basah dan daunnya nggak boleh kena air. Lalu harus kena cahaya tapi nggak boleh kena sinar matahari langsung...". Nah lho... tanaman apa yang nggak boleh basah dan nggak boleh kena matahari? Lalu ia menambahkan," This is the easiest home plant to take care of...." OMG...

Anyway, ada kejadian lucu saat kawan saya datang untuk makan siang saat itu. Soto ayam yang saya sajikan lengkap dengan aksesori kol, bawang, telor rebus dll. dituangnya dalam mangkok dengan kuah soto. Lalu di mangkok yang sama ternyata ia masukkan pula sambal goreng ati dan nasi! Saya terlambat memberi tahu, dan dia cuma tersenyum-senyum malu saat saya kasih tahu. Wah mungkin yang dia cari tahu adalah cara makan gado-gado, mudah-mudahan dia nggak kapok makan masakan Indonesia lagi...

Seminggu sejak hari itu, benar saja. African violet saya layu. Bunganya yang manis mengering redup jadi kehitaman. Mungkin karena udara terlalu dingin, mungkin terlalu banyak saya siram air, mungkin kurang sinar matahari karena musim ini matahari jarang muncul, mungkin memang saya nggak bakat pelihara tanaman.... dan seribu alasan lainnya saya putar di kepala, sambil sibuk memindahkan bunga itu dan mengeceknya tiga kali sehari. Dua hari kemudian saya pasrah, Saintpaulia tak lagi saya sirami. Setiap kali bertemu kawan saya, saya tak kuasa untuk bercerita soal ini.

Seminggu lalu tanaman itu saya sirami lagi. Saya pikir, toh daunnya masih ada dan segar. Paling tidak saya sudah mencoba memelihara tanaman ini. Dan tiga hari kemudian saya melompat-lompat diiringi Damian, pertanda saya sedang senang walau Damian nggak tahu apa yang terjadi. Horreee....bunga saya tumbuh lagi! Kelopaknya yang sederhana berwarna ungu dan bersari kuning itu tampak makin indah di mata saya....

Sometimes, you just have to let go but never give up hope.... !

Tuesday, February 08, 2005

Negara Maju dan Perda Larangan Merokok


Tulisan ini dibuat begitu membaca soal perda larangan merokok di KCM, selesai nggak sampai satu jam. Tadinya dikirim ke satu harian ibukota, tapi nggak yakin alamat emailnya benar. Mumpung belum lama, saya publish di sini aja.... :)

**********

Seperti biasa, ada satu kalimat sakti yang seringkali dipakai petinggi negeri: “…negara-negara maju sudah melakukan itu…” ucapan Gubernur Sutiyoso seperti dikutip KCM, 3 Februari. Betul, kita ingin suatu waktu menjadi seperti negara maju. Dalam hal ini mengacu pada negara atau negara bagian yang memberlakukan larangan merokok di tempat-tempat umum. Seperti di Singapura, negara bagian New York, Irlandia, diikuti negara Eropa Barat lainnya. Bagaimana dengan Jakarta?

Salah satu pertanyaan mendasar mengapa peraturan ini diberlakukan sudah terjawab: karena 30 persen infeksi saluran pernapasan atas (IPSA) disebabkan oleh pencemaran udara dalam ruangan. Dan salah satunya adalah asap rokok. Tapi banyak hal lain yang tidak terjelaskan, paling tidak oleh saya sebagai orang awam. Seperti: penyebab lain selain asap rokok apa? Dan yang lebih mendasar lagi: 70 persen pencemaran udara sisanya disebabkan oleh apa? Saya yakin jawabannya cukup rumit untuk dijelaskan seorang gubernur yang punya waktu sedikit sementara permasalahan kotanya sangat melimpah. Tapi buat saya penjelasan 'ingin seperti negara maju' sangatlah absurd, bisa dibilang terlalu memudahkan persoalan.

Marilah kita lihat Singapura misalnya. Negara yang penuh aturan ini sudah melarang iklan rokok sejak tahun 1970, menaikkan harga rokok, melarang keras merokok di tempat ber-AC dengan denda yang terpampang jelas. Bahkan sejak Agustus 2004 membuat peraturan bagi produsen untuk memasang gambar yang mengerikan tentang efek buruk rokok pada tubuh di kotak rokok yang dijual! Satu hal yang berlebihan, mengingat seorang perokok berat yang akan tetap merokok walaupun di kotaknya ditempeli gambar hantu sekalipun...

Memang negara ini terkenal sebagai 'nanny state' yang memberlakukan warganya seperti anak kecil dengan berbagai peraturan. Tetapi di lain pihak, peraturan ini dilakukan dengan konsisten dalam waktu cukup lama, bahakan menunggu satu generasi sampai terlihat hasilnya. Dan yang lebih penting lagi, dibarengi dengan peraturan lain untuk menjaga kebersihan udara secara keseluruhan. Seperti uji layak kendaraan, harga dan pajak mobil yang tinggi, ruang terbuka hijau yang cukup, sirkulasi pembuangan limbah dan sampah, sampai aturan mengenai ventilasi udara dalam ruangan.

Di Jakarta, satu hal yang cukup mencolok dan belum terselesaikan masalahnya adalah ruang terbuka hijau, sampah dan limbah publik, dan terutama asap kendaraan bermotor. Mungkin karena sudah terlanjur sedikitnya ruang hijau, dan diperlukan perangkat yang tidak mudah untuk uji layak kendaraan yang mencapai 2,9 juta unit, pemerintah kota mencari jalan termudah. Membuat peraturan baru yang cenderung meredam masalah lama. Di lain pihak untuk memberlakukan peraturan larangan merokok juga diperlukan kerja keras dan konsistensi dalam jangka waktu yang tidak sebentar.

Di negara lain seperti Irlandia dan Norwegia, serta di New York City dan California, larangan merokok menjadi perdebatan panjang. Hal ini disebabkan karena aturan ini bahkan diberlakukan di tempat-tempat hiburan yang biasanya dipenuhi asap rokok, seperti restoran, bar dan perkantoran. Alasan utamanya adalah asap rokok ini mempengaruhi kesehatan perokok pasif, orang yang tidak merokok tetapi berada dalam ruangan bersama perokok aktif. Walaupun alasan ini bisa diterima luas, ada hal-hal lain yang perlu jadi pertimbangan. Misalnya, perokok hanya memindahkan kebiasaan merokoknya ke luar ruangan dan menimbulkan polusi udara luar. Di New York bahkan ada kejadian terbunuhnya seorang penjaga pub (bouncer) karena ia meminta seorang perokok meninggalkan ruang pubnya, hanya dua minggu setelah larangan merokok ini diberlakukan.

Di Jakarta yang kadar emosi penduduknya cukup tinggi (disebabkan oleh berbagai hal yang menimbulkan depresi), larangan merokok perlu disosialisasi lebih luas lagi secara bertahap. Saya pribadi menyetujui adanya peraturan ini terutama di tempat-tempat seperti kendaraan umum dan sekolah, atau tempat publik lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah menelusuri permasalahan lain yang menyebabkan polusi udara dan perlunya peraturan daerah di sektor lain ini secara integral. Mengenai denda yang 50juta itu, mungkin bisa dibagi dua dengan denda untuk orang yang membuang sampah sembarangan misalnya. Lalu jika ada perokok yang tidak mampu membayar denda (kemungkinan yang sangat besar), dan terpaksa harus denda kurung sekian bulan, cukupkah ruang tahanan yang tersedia?

Hal lain mencakup kerjasama yang tinggi dengan pengelola ruang publik untuk mendukung aturan ini secara lebih mendetail (detail: hal kecil tetapi penting yang seringkali dilupakan). Dan sebagai tambahan, mengacu pada negara maju bukan secara parsial karena mengikuti tren yang berlaku untuk mempermudah penyelesaian masalah.

**********

Wednesday, February 02, 2005

Saung Baru


Belakangan aku lagi asik main di saung baru.
Memilih nama, menata letak, memberi warna, memasukkan barang, mematut-matut, 'masang bola' (meminjam istilah Damian), tidur lambat. Setelah hampir beres rasanya mau bersantai-santai, belum mood nulis. Dan tentu saja bermain salju yang cantik bersama temanku - yang - keras - kepala - tapi - masih - diantar - ke - potty....

But hei, aku mau ajak kalian main ke sana. Ke saung baru-ku, tempatku bermain dengan warna dan menjadi beadaholic. Penyakit adiktif di US yang nggak dilarang karena nggak menimbulkan penyakit atau bikin DUI*. Mungkin ini cuma hobby sementara, atau penggalan yang cuma mampir sejenak dalam sekepal hidupku. Tetapi seperti biasa, aku bisa belajar banyak... banyak sekali dari penggalan-penggalan semacam ini.

Ayo, mampir ke sini: jingga gems . Selalu terbuka buat masukan, ide, cacian dan tentu saja... order, hehehe.... :)

see u there!

*DUI = driving under influence (of addictive drugs)