Tuesday, February 15, 2005

African Violet


Seorang kawan yang baik memberikan bunga yang indah buat saya. African Violet, atau Saintpaulia, bunganya kecil berwarna ungu berdaun hijau tua. Menilik sejarahnya, tahun 1892 tanaman ini ditemukan oleh Baron Walter von Saint Paul di Pegunungan Usambara, Tanzania. Lalu ia mengirimkan benih tanaman ini untuk ayahnya di Germany, yang kemudian dibiakkan di Royal Botanical Gardens di Hanover. Nama Saintpaulia dipakai untuk menghormati penemunya: keluarga Saint Paul. Kenapa ada nama African-nya saya sendiri belum tahu.

Di Amerika tanaman ini diimpor dari Germany dan England di tahun 1926 oleh Armacost and Royston di California, yang kemudian membiakkan tanaman ini menjadi sepuluh jenis hybrid. Sejak saat itu African Violet berkembang menjadi tanaman rumah yang terkenal di dunia dan terpopuler di Amerika.

Waktu anak kawan saya ini meletakkan pot di ambang jendela, saya cuma terpana. Wah, tanamannya indah, tetapi saya merasa sama sekali tidak bertangan dingin buat merawat mahluk hidup yang tergolong hewan dan tumbuhan. Kalau nanti mati bagaimana? Lalu kawan saya yang american ini mulai menjelaskan,"...dipeliharanya gampang kok, tinggal disiram tiap hari tapi jangan terlalu basah dan daunnya nggak boleh kena air. Lalu harus kena cahaya tapi nggak boleh kena sinar matahari langsung...". Nah lho... tanaman apa yang nggak boleh basah dan nggak boleh kena matahari? Lalu ia menambahkan," This is the easiest home plant to take care of...." OMG...

Anyway, ada kejadian lucu saat kawan saya datang untuk makan siang saat itu. Soto ayam yang saya sajikan lengkap dengan aksesori kol, bawang, telor rebus dll. dituangnya dalam mangkok dengan kuah soto. Lalu di mangkok yang sama ternyata ia masukkan pula sambal goreng ati dan nasi! Saya terlambat memberi tahu, dan dia cuma tersenyum-senyum malu saat saya kasih tahu. Wah mungkin yang dia cari tahu adalah cara makan gado-gado, mudah-mudahan dia nggak kapok makan masakan Indonesia lagi...

Seminggu sejak hari itu, benar saja. African violet saya layu. Bunganya yang manis mengering redup jadi kehitaman. Mungkin karena udara terlalu dingin, mungkin terlalu banyak saya siram air, mungkin kurang sinar matahari karena musim ini matahari jarang muncul, mungkin memang saya nggak bakat pelihara tanaman.... dan seribu alasan lainnya saya putar di kepala, sambil sibuk memindahkan bunga itu dan mengeceknya tiga kali sehari. Dua hari kemudian saya pasrah, Saintpaulia tak lagi saya sirami. Setiap kali bertemu kawan saya, saya tak kuasa untuk bercerita soal ini.

Seminggu lalu tanaman itu saya sirami lagi. Saya pikir, toh daunnya masih ada dan segar. Paling tidak saya sudah mencoba memelihara tanaman ini. Dan tiga hari kemudian saya melompat-lompat diiringi Damian, pertanda saya sedang senang walau Damian nggak tahu apa yang terjadi. Horreee....bunga saya tumbuh lagi! Kelopaknya yang sederhana berwarna ungu dan bersari kuning itu tampak makin indah di mata saya....

Sometimes, you just have to let go but never give up hope.... !

4 drops:

dy said...

wah...makasih lho infonya, tau gitu nanya durin dr dulu. maklum deh, asli ga pernah pelihara tanaman... kecuali kaktus kecil yg nggak perlu dipelihara itu...:)

neenoy said...

emang dulu pernah melihara kaktus kecil juga ya, dy? *mengingat-ingat* :p

dy said...

pernah Noy, yg beli di depan kampus trus ditaro di kepala empat tidur... *nostalgia*

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.