Ia sudah jadi bagian diri
Saat kuhirup kopi di pagi hari,
minus versi tubruknya yang legit kental.
Saat aku meraih bacaan dan membawanya ke kamar mandi.
Lupa diri saat tenggelam dalam barisan abjad,
menentengnya kemanapun hingga tamat.
Saat kucuri rokoknya dan kuisap diam-diam,
berlanjut dan kemudian terlupakan.
Saat menemaninya menyatroni piala dunia melawan dini hari,
dan hingga kini masih kunikmati.
Harapannya jadi bagian harapanku
Saat kuliah dua tempat, sekolah arsitekturnya tak tamat,
aku yang meneruskan dan kami berbagi proyekan.
Kala menjelajah tempat dan safari darat,
mencoba melihat dunia tanpa tinggalkan akar.
Melakukan dua hal sekaligus bersamaan,
mencurahkan pekerjaan tangan hingga melupakan sekitar.
Seringkali enggan mendengar hingga tersandung,
belajar melalui jalan tersulit...
Otaknya sudah jadi bagian alam pikirku
Seperti kala sepucuk suratnya kuterima mengurai chaos dan kosmos,
membahas maya di luar nyata yang menyelip di indra.
Saat melihat orang baik adanya kadang tertipu
Memandang gelas cenderung setengah penuh walau lebih separo kosong
Kala mencoba mencerna alkitab sekaligus membaca sejarah Siddhartha
Memeta inspirasi dalam perjalanan jauh, menyangkal lelah,
membuang amarah dalam ayunan langkah.
Ia sudah jadi bagian diri,
he never really left me....