Tiga minggu belakangan aku magang di sini. Suatu kesempatan yang menyenangkan menebas rutinitas. Seperti halnya orang yang sudah lama tak naik sepeda dan kemudian mulai mengayuh lagi, aku mengalami hal yang sama. Sedikit grogi pada awalnya dan tiba-tiba semuanya berjalan mulus. Ah ya, tentu saja dengan tambahan polesan oli di sana-sini.
Anyway, tiba-tiba saja yang menjadi hal besar bukanlah soal apa yang kulakukan. Tapi menebas rutinitas seorang anak berusia dua setengah tahun yang nggak pernah terpisah dari ibunya. Aku telusuri semua artikel mengenai separation anxiety, dan kesimpulanku proses ini terjadi di berbagai anak tangga seorang bayi hingga menjadi bocah kecil. Sama saat ia lepas dari air susu ibunya dan ia menangis dua malam tak henti. Sama saat ditinggal pertama kali dengan eyangnya padahal selama dua jam saja. Belum lagi aku sendiri sama sekali nggak boleh ikut terbawa kesedihannya.
Baru setelah seminggu lebih kelihatan ia bisa menikmati kegiatannya di daycare sekaligus playgroup tempatnya bermain dan belajar. Dan aku kedapatan bonusnya setiap kami berangkat tidur malam. Damian mulai menyanyikan lagu-lagu favorit yang dipelajarinya. Twinkle Star, Bus, Friends, A-B-C, Spider, Baba Black Sheep, disela Balonku, Cecak, dll. Tapi di antara semua, ada satu lagu favoritku. Satu tembang Jawa yang sering kunyanyikan sejak dulu menjelang tidurnya, dan sekarang dinyanyikannya untukku dengan segala kelucuannya.
Bo-Bobo Damian sayang
isih cilik ta' kudang-kudang
ta' beri nastiti suci
'yen gedhe keno ta' sawang
lungo'no kandaku iki
dadio satrio utomo
ra' lio pengarepanku
wasis ing sembarang karyo...
Dan sekarang saat magangku selesai, aku akan menciuminya lagi semau hati. Suatu saat dulu, hitungan ciumanku berhenti di angka 59, padahal ia belum lagi tidur siang. Sekarang aku mau bayar hutang dulu... sampai puass... :)
Anyway, tiba-tiba saja yang menjadi hal besar bukanlah soal apa yang kulakukan. Tapi menebas rutinitas seorang anak berusia dua setengah tahun yang nggak pernah terpisah dari ibunya. Aku telusuri semua artikel mengenai separation anxiety, dan kesimpulanku proses ini terjadi di berbagai anak tangga seorang bayi hingga menjadi bocah kecil. Sama saat ia lepas dari air susu ibunya dan ia menangis dua malam tak henti. Sama saat ditinggal pertama kali dengan eyangnya padahal selama dua jam saja. Belum lagi aku sendiri sama sekali nggak boleh ikut terbawa kesedihannya.
Baru setelah seminggu lebih kelihatan ia bisa menikmati kegiatannya di daycare sekaligus playgroup tempatnya bermain dan belajar. Dan aku kedapatan bonusnya setiap kami berangkat tidur malam. Damian mulai menyanyikan lagu-lagu favorit yang dipelajarinya. Twinkle Star, Bus, Friends, A-B-C, Spider, Baba Black Sheep, disela Balonku, Cecak, dll. Tapi di antara semua, ada satu lagu favoritku. Satu tembang Jawa yang sering kunyanyikan sejak dulu menjelang tidurnya, dan sekarang dinyanyikannya untukku dengan segala kelucuannya.
Bo-Bobo Damian sayang
isih cilik ta' kudang-kudang
ta' beri nastiti suci
'yen gedhe keno ta' sawang
lungo'no kandaku iki
dadio satrio utomo
ra' lio pengarepanku
wasis ing sembarang karyo...
Dan sekarang saat magangku selesai, aku akan menciuminya lagi semau hati. Suatu saat dulu, hitungan ciumanku berhenti di angka 59, padahal ia belum lagi tidur siang. Sekarang aku mau bayar hutang dulu... sampai puass... :)
5 drops:
iya deh, yang lagi muas-muasin diri, ntar cerita ya, tentang pemuasan utangnya :)
oh.. magang... selamat, dy! apakah rasanya seperti membuka laci terkunci dan menemukan sketsa-sketsa lama di dalamnya? :)
soal 'separation', ya... itu seperti tangga yang naik terus, dan benar kata durin, baru akan berakhir saat 'the real separation'
selamat magang dy..
selamat menghitung ciuman juga..:)
durin, bener juga... nggak abis2 ya :(
melly, heheh...muasin utangnya kelamaan ya :)
neenoy, makasih. Sama sekali nggak kepikir laci sampe diingetin. kayaknya gara2 lagi nggak nyari kunci :)
mer... makasih, selamat ngerjain thesis jg. :)
That's a great story. Waiting for more. » »
Post a Comment