Selama tiga hari, di kota ini ada acara yang disebut Artscape. Mengingatkanku pada acara sejenis di Bandung: Pasar Seni ITB.
Ramainya sama. Berjalan saling senggol dan harus 'usaha' untuk masuk ke dalam kios. Cuma di sini kurang bau e-ek kuda :P
Kiosnya sama. Berjajar sepanjang jalan sekitar kampus University of Baltimore, Maryland Institute College of Art, dan Mount Royal Cultural Area. Kalau di ITB kiosnya dari bambu, di sini pakai terpal putih.
Isi kiosnya sama. Paling banyak lukisan, lalu ada keramik, perhiasan etnik, pernak-pernik, sekolah/kursus seni, lembaga/yayasan seni, sampai makanan dan mainan anak-anak. Bedanya di sini kiosnya lebih banyak (paling sedikit sepertiganya untuk kios makanan...), tapi di Pasar Seni ITB jauh lebih beragam barang seninya (dari seluruh Indonesia!).
Yang jaga kios sama. Mas-masnya ganteng dan mbaknya manis-manis. Bedanya, di sini mereka boleh memperlihatkan pusar yang ditindik.
Aksi panggungnya sama. Ada musik, teater, band, DJ, etnik, tari. Bedanya, sound system di sini sudah setara konser besar... nggak pakai nguik-nguik atau 'nyetem' alat lama-lama.
Acara sampingannya sama. Buat tempat ngeceng anak muda, dandan nyentrik dan sok 'nyeni'. Bedanya, di sana masih malu-malu. Di sini kadang nggak tahu malu.
Di Pasar Seni ada Happening Art-nya, di sini nggak ada. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin happening-artnya adalah orang-orang yang street-dancing, atau main saxophone sendirian. Ah, tapi masih asik di ITB suasananya. Lebih 'nyeni'.
Kesimpulannya:
Meminjam istilahnya Iyus, di sini lebih cocok disebut Not-So-Art Scape. Aku setuju, kalau soal seni/budaya masih asik dari Indonesia...
Lagipula, masa' Artscape malah banyak kios makanannya?! (Anyway, orang sini menyebutnya Culinary-Art. Idem doyan makan kali, ya...)
Walau harga barangnya memang lebih murah dari harga toko, tapi untuk kualitas yang lebih bagus, bisa diperoleh lebih murah di Pasar Seni. (Tentu saja, ya susahlah bandingin dolar sama rupiah...)
Di sini Walikotanya (O'Malley) ternyata anak band juga, nyanyi dan main gitar pakai kaus buntung (sayang aku nggak sempat lihat). Kalau di Bandung, biar panas walikotanya tetap aja pakai safari.
Walau akhirnya setelah dipikir-pikir Artscape di sini masih jauh kalau dibandingkan dengan Pasar Seni ITB, aku cukup senang kota Baltimore yang adem-ayem ini mendadak jadi 'Hip' selama tiga hari. Apalagi di sore hari Minggu aku sempat menikmati konsernya grup Arrested Development selama sejam lebih. Dengan lagu-lagu yang familiar dari albumnya Extended Revolution. Kali ini aku ikut bergoyang juga, seperti di Pasar Seni yang dulu itu... "I need sometime to ease my mind... I need sometime to ease my mind..."
Kiosnya sama. Berjajar sepanjang jalan sekitar kampus University of Baltimore, Maryland Institute College of Art, dan Mount Royal Cultural Area. Kalau di ITB kiosnya dari bambu, di sini pakai terpal putih.
Isi kiosnya sama. Paling banyak lukisan, lalu ada keramik, perhiasan etnik, pernak-pernik, sekolah/kursus seni, lembaga/yayasan seni, sampai makanan dan mainan anak-anak. Bedanya di sini kiosnya lebih banyak (paling sedikit sepertiganya untuk kios makanan...), tapi di Pasar Seni ITB jauh lebih beragam barang seninya (dari seluruh Indonesia!).
Yang jaga kios sama. Mas-masnya ganteng dan mbaknya manis-manis. Bedanya, di sini mereka boleh memperlihatkan pusar yang ditindik.
Aksi panggungnya sama. Ada musik, teater, band, DJ, etnik, tari. Bedanya, sound system di sini sudah setara konser besar... nggak pakai nguik-nguik atau 'nyetem' alat lama-lama.
Acara sampingannya sama. Buat tempat ngeceng anak muda, dandan nyentrik dan sok 'nyeni'. Bedanya, di sana masih malu-malu. Di sini kadang nggak tahu malu.
Di Pasar Seni ada Happening Art-nya, di sini nggak ada. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin happening-artnya adalah orang-orang yang street-dancing, atau main saxophone sendirian. Ah, tapi masih asik di ITB suasananya. Lebih 'nyeni'.
Kesimpulannya:
Meminjam istilahnya Iyus, di sini lebih cocok disebut Not-So-Art Scape. Aku setuju, kalau soal seni/budaya masih asik dari Indonesia...
Lagipula, masa' Artscape malah banyak kios makanannya?! (Anyway, orang sini menyebutnya Culinary-Art. Idem doyan makan kali, ya...)
Walau harga barangnya memang lebih murah dari harga toko, tapi untuk kualitas yang lebih bagus, bisa diperoleh lebih murah di Pasar Seni. (Tentu saja, ya susahlah bandingin dolar sama rupiah...)
Di sini Walikotanya (O'Malley) ternyata anak band juga, nyanyi dan main gitar pakai kaus buntung (sayang aku nggak sempat lihat). Kalau di Bandung, biar panas walikotanya tetap aja pakai safari.
Walau akhirnya setelah dipikir-pikir Artscape di sini masih jauh kalau dibandingkan dengan Pasar Seni ITB, aku cukup senang kota Baltimore yang adem-ayem ini mendadak jadi 'Hip' selama tiga hari. Apalagi di sore hari Minggu aku sempat menikmati konsernya grup Arrested Development selama sejam lebih. Dengan lagu-lagu yang familiar dari albumnya Extended Revolution. Kali ini aku ikut bergoyang juga, seperti di Pasar Seni yang dulu itu... "I need sometime to ease my mind... I need sometime to ease my mind..."
3 drops:
I wish I have stopped by to Baltimore, as I have always passed on the way to and from New York heading for Washington, D.C. My warm and kind regards from Liberia, may this a pleasant start of an exciting blogwalking for both. Cheers!
duh... yang kangen bandung :p
Luigi: Hope you have a wonderful journey along the way!
Neenoy: Kangen Bandung, atau masa lalu? ...
Post a Comment