Jendela tak hanya ada untuk mengalirkan udara. Tetapi juga jadi layar tempatku melihat cerita di jalan raya dan sekitarnya.
Apartemen kami ada di lantai lima bangunan tua di sudut blok. Tanpa halaman, berbatasan langsung dengan trotoar jalan raya dua arah. Dengan jendela yang hampir memenuhi satu sisi dinding living room, banyak cerita menarik yang bisa kusimak di sana. Oh ya, ditambah imajinasi sesuka hati sendiri tentu saja.
Sekali waktu, di Sabtu malam musim panas, saat jalan senyap. Sepasang kekasih duduk di bangku tunggu bus. Sang Pria tampak membujuk si wanita yang membuang pandang. Mereka bertengkar, suara mereka makin keras terdengar. Kata-kata makian meluncur deras. Sang Pria menendang kursi besi di sampingnya hingga terbalik. Wah, marah sekali ia, karena kursi itu kelihata berat sekali. Si wanita tetap tidak tergerak. Sang Pria mengangkat tong sampah besar dan membantingnya. Untung tak sampai berceceran isinya. Si wanita tetap -atau pura-pura- tak peduli, membuang muka, hanya bicaranya yang tak henti. Sang Pria kembali membujuk, berlutut, memohon. Si wanita tak menoleh, tangannya bersidekap. Sang Pria habis sabar. Ia tak bisa menyeret si wanita pergi, apalagi memukulnya karena bisa dituntut dan masuk penjara.
Tiba-tiba jantungku berhenti berdetak. Oh my God... Sang pria berlari ke tengah jalan, menghadang bus besar yang datang dari arah berlawanan. Edan! Mataku terbelalak saat bus itu berhenti tepat di depan Sang Pria yang entah sok hebat atau sudah gila. Hanya ada satu dua pejalan kaki yang lewat, enggan terlibat. Kali ini makian tumpah dari bibir sang supir bus. Si wanita? Masih duduk di bangku tunggu bus, menyumpahi sang pria yang dikencaninya. Lalu mereka berjalan, masih saling teriak, sang pria masih menendangi tiang, atau apapun di dekatnya. Sampai di perempatan jalan, sebelum menyeberang. Mobil polisi dengan sirene mengaung mendekat, berhenti. Di belakangnya ada empat mobil lagi, dengan lampu dan bunyi sirene empat kali lipat. Mereka memarkir mobil dalam posisi mengepung. Dua polisi bertanya-tanya pada pasangan itu. Polisi lainnya menunggu di depan mobil masing-masing. Lima menit kemudian, empat mobil meninggalkan tempat, dan dua orang polisi yang masih bicara dengan pasangan itu. Menengahi kasus domestic violence.
Aku menduga-duga. Kalau bukan pejalan kaki yang menghubungi polisi, mungkin orang lain. Yang punya jendela seperti kupunya.
Sekali waktu, di Sabtu malam musim panas, saat jalan senyap. Sepasang kekasih duduk di bangku tunggu bus. Sang Pria tampak membujuk si wanita yang membuang pandang. Mereka bertengkar, suara mereka makin keras terdengar. Kata-kata makian meluncur deras. Sang Pria menendang kursi besi di sampingnya hingga terbalik. Wah, marah sekali ia, karena kursi itu kelihata berat sekali. Si wanita tetap tidak tergerak. Sang Pria mengangkat tong sampah besar dan membantingnya. Untung tak sampai berceceran isinya. Si wanita tetap -atau pura-pura- tak peduli, membuang muka, hanya bicaranya yang tak henti. Sang Pria kembali membujuk, berlutut, memohon. Si wanita tak menoleh, tangannya bersidekap. Sang Pria habis sabar. Ia tak bisa menyeret si wanita pergi, apalagi memukulnya karena bisa dituntut dan masuk penjara.
Tiba-tiba jantungku berhenti berdetak. Oh my God... Sang pria berlari ke tengah jalan, menghadang bus besar yang datang dari arah berlawanan. Edan! Mataku terbelalak saat bus itu berhenti tepat di depan Sang Pria yang entah sok hebat atau sudah gila. Hanya ada satu dua pejalan kaki yang lewat, enggan terlibat. Kali ini makian tumpah dari bibir sang supir bus. Si wanita? Masih duduk di bangku tunggu bus, menyumpahi sang pria yang dikencaninya. Lalu mereka berjalan, masih saling teriak, sang pria masih menendangi tiang, atau apapun di dekatnya. Sampai di perempatan jalan, sebelum menyeberang. Mobil polisi dengan sirene mengaung mendekat, berhenti. Di belakangnya ada empat mobil lagi, dengan lampu dan bunyi sirene empat kali lipat. Mereka memarkir mobil dalam posisi mengepung. Dua polisi bertanya-tanya pada pasangan itu. Polisi lainnya menunggu di depan mobil masing-masing. Lima menit kemudian, empat mobil meninggalkan tempat, dan dua orang polisi yang masih bicara dengan pasangan itu. Menengahi kasus domestic violence.
Aku menduga-duga. Kalau bukan pejalan kaki yang menghubungi polisi, mungkin orang lain. Yang punya jendela seperti kupunya.
3 drops:
pake kekeran gak, dy? :D
dyah,
gile deh.. senang sekali daku menemukan dirimu di sini...
tulisan2mu okay sekali..!
btw, masuk ke milis edoen dong ya? groups.yahoo.com/group/edoen
ada org2 gila jaman dulu di sana.. cuma angkatan 92 sampe 87.. mau, mau?
Noy, inget filmnya Meg Ryan ya...
Mer, seneng jg bisa ktemu... wah masih edoen aja
Post a Comment