Friday, July 02, 2004

A Kid in Me

Sudah tentu kami sering menghabiskan waktu bersama.
Aku dan Damian.


Kami ke playground. Aku dan Damian.
Damian ke bak pasir. Menuang, menumpahkan, mengayak, sesekali melempar pasir. Aku membuat istana pasir.
Damian naik ayunan. Aku dorong, ia tertawa kegirangan. Di sebelahnya seorang anak usia lima turun. Kunaiki ayunannya. Aku tersenyum karena malu untuk tertawa.
Damian ke pojok mengambil bola basket. Dilemparnya bola, tapi hanya bergulir karena berat. Aku gulirkan lagi bola ke arahnya. Sampai mendekati papan gawang. Kudribble dan kumasukkan bolanya ke keranjang. Gol...
Damian naik perosotan. Kali ini aku di bawah saja.

Kami ke playgroup. Aku dan Damian.
Damian ke meja puzzle. Ia sudah bisa menyelesaikan puzzle yang mudah. Ia pindah ke meja dengan puzzle yang besar dan agak rumit. Menyerah, bosan, ditinggalkannya meja. Kuselesaikan puzzlenya.
Damian ke meja prakarya. Ia senang mengoles kuas lem pada kartu kosong, tapi enggan disuruh menempel hiasannya. Ia bermain lem sampai puas. Kutempeli kartu dan kuhias. "Wah, Damian pintar sudah bikin kartu! Ini nanti kasih Papa, ya..."
Damian mengambil buku di pojok membaca. Diulurkannya buku ke arahku minta dibacakan. Aku bacakan dan kutunjukkan gambar untuknya. Ceritanya menarik, tapi ia sudah bosan. Ia lari ke arah mobil-mobilan. Kuteruskan membaca bukunya karena penasaran.
Damian naik perosotan. Kali ini aku di bawah saja.

2 drops:

neenoy said...

hmm... hmmm... kadang gue ikut naik perosotannya.. hehe :)
kadang malah gue pengen ikut obin naik kuda (ganesha), tapi untuk itu masih malu, soalnya masih ada bokapnya sih :p

btw... gw baru abis dari bandung nih ;-)

dy said...

Wah, jadi kangen Bandung...